Makhluk itu . . . . . . . sepertimu
Dia datang lagi. Kali ini dengan wujud yang berbeda. Berdiri di samping pintu kamarku. Kali ini wujudnya tak semenakutkan seperti biasanya. Dia pandangi aku dengan senyum manisnya. Kali ini, wujudnya vampir cina, tapi ttanpa kedua tangannya berada di depan. Dia masih saja memandangiku, padahal aku sudah menyuruhnya pergi dalam hati. Rasanya aku juga agak tenang karena dia tak menggangguku. “Ayo, bangun.” kata ibuku membangunkanku. Tepat di belakangnya ibuku tiba-tiba muncul. Ibu tak melihatnya, dan dia masih memandangiku. Perasaan apa ini, aku tak takut seperti biasanya, sedikitpun. Ku ingat lagi apa yang ku lihat tadi. Apa dia “penghuni baru”? Sepertinya dia seumuranku. Dan sepertinya dia baik karena tak membuatku merasa tidak nyaman seperti yang lain yang ada di sekitarku.
Dingin sekali malam ini. Selimut yang awalnya menutupiku dari ujung kaki sampai ujung kepala, kini telah menyingkap sedikit wajah dan tanganku. Tanpa membuka mata, ku tarik selimut dengan tangan kiriku yang masih berada dalam sleimut untuk menutupi wajahku. Tapi, tanganku yang satunya agaknya . . . . . . . seseorang tengah membelai tanganku. Dia lagi. Dengan raut muka bak orang baik, dia masih membelai tanganku. Ku tarik tanganku, tapi aku tak bisa. Bukan karena dia memegangnya terlalu kencang, tapi memang tak bisa ku gerakkan tangan kanan ku ini. Ku singkap sedikit selimut untuk sekedar melihatnya. Dengan wajah tenangnya, aku berpikiran dia tak jahat dan tak kan menggangguku, tidurku, dan juga mimpiku.
Aku terjaga dari tidurku. Belum ku buka mataku. Karena aku belum ingin bangun. Dengan masih menghadap dinding kamarku. Ku pejamkan mataku lebih dalam. Berusaha untuk tidur lagi. Rasanya nyaman, seperti ada yang memelukku. Memelukku? Ku rasakan ada tangan di bawah badanku dan yang satunya memelukku. Sudah kebiasaanku, jika merasa aneh tak ku buka mataku. Apakah ibuku? Tidak. Dia belum pulang. Ayahku? Tidak mungkin, dia baru saja pergi. Lalu, siapa? Apakah dia lagi? Ku rasakan dia lebih tinggi dariku. lagi-lagi, tak coba ku usir dirinya. Jujur, aku merasa tenang, karena sejak ada dia, tak muncul lagi mereka dari dalam tembok ataupun dalam mimpiku. Aku hanya berdoa, bagaimanapun juga, kau bukan golonganku.
Syukurlah, sekarang mereka benar-benar tak datang lagi dengan jelasnya, mungkin masih ada, tapi aku tak tahu dengan pasti seperti dulu. Dan, kau juga tak pernah ku lihat sejak waktu itu. Apa kau hilang bersama mereka? Aku pikir kau tak sama seperti mereka. Walau hanya diam dan tersenyum, tapi terimakasih karena kau tak menggangguku seperti yang lain, meskipun kau segolongan dengan mereka.
Siang itu ku melihatmu. Tak asing bagiku. Apa kau mirip temanku? Atau teman kecilku barangkali? Ku acuhkan untuk beberapa waktu. Siang hari lagi, ku coba menyapamu. Ramah dan sopan. Walaupun bukan seorang yang pendiam, tapi aku merasa nyaman denganmu. Seperti ada udara sejuk di sekitarku, dan aliran darahku mengalir dengan gembira. Aku merasa makhluk itu sepertimu, membuatku tenang, dan membuatku selalu ingin tersenyum. Sepertinya aku mulai menyukaimu. Tetapi bukan karena makhluk itu.
[saat ku bersamanya rasanya tersenyum kembali ku rasa ku bisa menikmatinya....... bisa ku rasakan ada perasaan yang menyenangkan yang mengalir dalam hatiku....... semula tak pernah ku harapkan kini ku mulai menikmatinya....... ::ipang-cdh::]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar