Menurutku,
Jodoh itu tak hanya tentang pasangan hidup, tetapi lebih luas lagi
Jodoh itu tak pandang seberapa besar kau mengidamkannya atau seberapa lama kau mengidamkannya
Jodoh itu tentang hasil dari bagaimana kau berusaha dan tentang pengorbanan yang kau lakukan
Jodoh itu bisa berupa cita-cita
“I love math”
Begitu kataku
Sejak kelas 3 SD, ketika teman sebaya masih ragu dengan cita mereka
“I love phsichology. And it more than math.”
Begitu kataku saat SMP kelas 2
Seperti ada magnet yang menarik
Seperti ada sesuatu yang harus ku buru
“I’m not leaving math. I still love it. But no more than phsichology.”
Saat SMA semester 5 hampir berakhir, sebuah pertanyaan idealisme mungkin juga kritis yang tidak penting timbul di sebuah jalan
Banyak sampah berceceran, padahal itu adalah kawasan ibukota kabupaten
“Ibu, adakah kuliah untuk mengurusi ini?”
Ketika keisengan browshing, kutemukan dia
“Yes. This is it. Planology.”
Asing di telingaku
Mungkin juga baru ku tahu
Ku pendam dia
Untuk sementara waktu
“Because my heart still to phsicology.”
Suatu hari ku katakan pada keluargaku tentang citaku itu
“Mau jadi apa kau?”
Tanya mereka
Aku diam
Sejenak
Tidak
Agak lama
“Anak guru itu ya mestinya jadi guru.”
Kata sebagian yang lain
Tiap hari ku menangis
Ku panjatkan doa pada-Nya
Berharap aku bisa diterima olehnya
Tidak
Ku ganti
Berharap Dia memberi yang terbaik untukku
Dan mendekatkannya padaku
Serta ikhlas dengan pemberian-Nya
Ku bermimpi tentang temanku setelah istikharahku
Suatu hari ku bertanya padanya
“Aku ingin masuk ke kedokteran atau teknik nuklir.”
Katanya
Kesimpulanku
Berarti psikologi jodohku
Lama
Tak ku ceritakan tentang impiku
Berhenti sejenak
Berpikir
Suatu hari datang seseorang dengan berita planologinya
“Daftarlah.”
Kata temanku
Ku mengangguk
Ya
Mungkin ini jalanku
Mungkin, karena akulah yang harus mencari kepastiannya
Jalanku
Masa depanku
Jodohku
Tak hanya pasangan hidupku
Ku simpan tentang aku yang cinta dia
Bukan karena malu karena bukan calon sarjana
Toh, nantinya juga bisa dilanjutkan
Ku berdoa lagi
“Aku ingin diterima.”
Hanya berlaku beberapa hari
Ku berhenti berdoa
“Aku masih idamkan dia.”
Dua minggu sebelum pengumuman
Ku berdoa lagi
“Semoga aku diterima.”
Beberapa hari sebelum,
Aku tenang
Tak ada gejolak rasa
Apakah akan diterima ataupun tidak
Aku pasrahkan pada-Nya
Mungkin saja dataku sudah dilihat mereka
Suatu hari, jantungku berdetak lebih kencang
Apakah ini pertanda?
Dia memanggilku ke ruangannya
Dia diam
Dia berkata,
“Besok data saat pendaftaran di bawa ya.”
Aku masih bingung
Sepertinya aku tidak diterima
Teman-teman seperjuangan masuk
Senyum mengembang di wajah mereka
Sepertinya hanya aku yang tidak diterima
“Kau sudah punya data syarat-syarat untuk registrasi?”
Katanya
“Saya diterima?”
Aku bingung
Ternyata pengumumannya dimajukan dan tentang pengumuman ini ternyata sudah sejak dua hari yang lalu
Hallooo?
Kemana aja kamu, Tika?
Tak ada kata dariku
Hanya diam
Hanya menangis
Hanya tersenyum
Hanya berdzikir kepada-Nya
Hanya bersyukur kepada-Nya
Semoga ini benar-benar jodohku
Dan aku akan mengabdikan diri kepadanya dan mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar