Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan
Terletak pada jalan utama menuju pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Sumber mata pencaharian penduduknya adalah pada bidang pertanian karena di Kecamatan Bojong masih banyak terdapat areal lahan sawah yang cukup luas dan berapa pada datararan rendah yaitu 50 mdpl. Hal tersebutlah yang mendukung adanya hasil produksi pertanian yang cukup tinggi.
Profil Wilayah Kecamatan Bojong
Uraian Data
|
Jml/Satuan/Keterangan
|
Tinggi dari permukaan laut
(m)
|
50
|
Letak Posisi Kecamatan
|
Dataran Rendah
|
Letak Posisi Desa
|
22 Dataran Rendah
|
Lahan Sawah (ha)
|
2.143,7
|
Lahan Bukan Sawah (ha)
|
1.862,02
|
Jumlah Dusun
|
67
|
Jumlah RW
|
92
|
Jumalah RT
|
288
|
Jumlah Penduduk
|
62.460
|
Jumlah laki - laki
|
30.976
|
Jumlah Perempuan
|
31.484
|
Rata - Rata Produksi Padi
Sawah (ku/ha)
|
58,27
|
Rata - Rata Produksi Padi
Ladang (ku/ha)
|
73,04
|
Rata - Rata Produksi Jagung
(ku/ha)
|
46,67
|
Rata - Rata Produksi Ketela
Pohon (ku/ha)
|
196,92
|
Rata - Rata Ketela Rambat
(ku/ha)
|
105
|
Rata - Rata Kacang Tanah
(ku/ha)
|
13,33
|
Rata - Rata Kedelai (ku/ha)
|
10
|
Rata - Rata Kacang Hijau
(ku/ha)
|
9,22
|
Kerelevansian Teori Sewa Lahan (Von Thunen)
Von Thunen menghubungkan antara jarak lokasi produksi dan pemasaran terhadap sewa lahan berdasarkan asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :
1. Wilayah model yang terisolasikan adalah bebas dari pengaruh pasar kota-kota lain;
2. Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan yang kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah;
3. Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam (produktifitas tanah secara fisik adalah sama);
4. Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam;
5. Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan.
Dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya jarak lokasi dari pusat kota, fungsi sewa lahan semakin menurun. Hal tersebut juga terjadi di Kecamatan Bojong karena semakin dekat lokasi produksi dengan pasar, maka semakin bertambah pula fungsi sewa lahannya. Sesuai juga untuk biaya transportasinya, semakin jauh lokasi produksi dengan pasar, maka semakin bertambah pula biaya transportasinya. Masih relevannya teori von Thunen juga dapat dilihat di wilayah ini, beberapa asumsi yang relevan adalah
• Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan yang kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah;
Masih sesuai karena permukiman di sekitar pusat produksi lebih padat daripada wilayah lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya harga sewa lahan yang semakin mahal mendekati pusat produksi sehingga petani lebih memilih tinggal di permukiman sekitar daerah pertaniannya dan kemudian membentuk permukiman yang dekat dengan lokasi pertanian.
• Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam (produktifitas tanah secara fisik adalah sama);
Kondisi lahan bersifat sama karena masih dalam satu wilayah kecamatan yang mempunyai iklim, tanah, dan topografi yang seragam. Sehingga produktifitas tanah bisa diasumsikan sama.
• Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan.
Hal tersebut didukung dengan adanya hasil produksi pertanian yang tidak begitu mengalami perubahan drastis dalam panennya per musim.
Kurang Relevan Dengan Kondisi Saat Ini
• Wilayah model yang terisolasikan adalah bebas dari pengaruh pasar kota-kota lain;
Tak hanya terdapat satu pasar untuk petani menjual komoditi pertaniannya. Diantaranya adalah dengan adanya ricemill, KUD, serta pasar di luar wilayah Kecamatan Bojong sebagai bagian dari lokasi jual beli hasil pertanian.
• Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam;
Kemajuan ilmu pengetahuan mengembangkan adanya kemajuan teknologi pada bidang transportasi seperti mobil angkutan terbuka, truk, dan lain sebagainya. Sehingga tiap wilayah memiliki angkutan tersendiri sesuai banyaknya hasil produksi yang diangkut dan bidang jalan yang dilalui yang selanjutnya mempengaruhi biaya transportasi. Misalnya di Desa Randumuktiwaren karena terletak jauh dari pasar produksi tak jarang menggunakan truk dalam pengangkutan hasil produksinya. Sedangkan pada wilayah Desa Rejosari masih banyak terdapat angkutan mobil bak terbuka sebagai media pengangkutan hasil produksi ke pasar.
Faktor yang bisa mempengaruhi komposisi keruangan selain biaya transport adalah:
a. Prasarana jalan yang baik dan kemudahan akses ke pasar kota menjadi faktor penentu komposisi keruangan, yang bisa berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat karena kegiatan ekonomi yang lancar;
b. Mekanisme pasar yang terbuka hingga menimbulkan terjadinya supply dan demand, yang selanjutnya terjadi persaingan barang homogeny baik lokal, nasional, ataupun internasional dengan adanya ekspor-impor;
c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi keruangan, sehingga pasar tujuan produksi tak hanya satu atau terpusat;
d. Skala produksi: biaya/unit dengan jumlah produk, yang bisa mempengaruhi pada pemenuhan kebutuhan pokok atau ketahanan pangan bagi masyarakat;
e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb, yang bisa mempengaruhi ketika terdapat perubahan lingkungan bisnis secara tiba-tiba, misalnya adanya kebijakan pemerintah tentang ekspor-impor;
f. Kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani.
Daftar Pustaka
Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andriand, Indra Jaya. 2008. “Relevansi Model Von Thunen”, dalam http:// indrajayaadriand. wordpress.com/2008/08/31/tugas-1-bu-bitta-teori-lokasi-dan-pola-ruang/. Diunduh 3 September 2012.
Bidang Kominfo Dinhubkominfo Kabupaten Pekalongan. 2011. “Peta dan Profil Kecamatan Bojong”, dalam http://www.pekalongankab.go.id/selayang-pandang/deskripsi-wilayah/peta-wilayah/241-peta-dan-profil-kecamatan-bojong.html. Diunduh 11 September 2012.
Rusadhi, Elin Pike. 2011. “Teori Lokasi Von Thunen”, dalam http://elinpike.wordpress. com/2011/02/21/teori-lokasi-von-thunen/. Diunduh 6 September 2012.
Situmorang, Fransisca. 2010. “Relevansi Teori Von Thunnen”, dalam http:// fransiscasitumorang.blogspot.com/2010/10/relevansi-teori-van-thunnen.html. Diunduh 11 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar