Wajahnya tampak terang di tengah temaramnya lampu pinggir jalan. Gincunya terlihat menyala-nyala mengalahkan silaunya lampu kendaraan yang berlalu lalang. Tubuhnya berlenggak lenggok kesana kemari tak mau kalah dengan teman seperjuangannya yang lain. Kadang tertawa, kadang tersenyum menggoda, bahkan tak jarang melambai-lambai setiap ada kendaraan yang melintas, terutama mobil. “Belum dapet kendaraan, Sus? Kasihan.” Kata seseorang menghampirinya dengan nada mengejek. “Kamu itu nggak ada bakat kerja kayak gini. Sudahlah, sana pulang.” Kata orang yang lain. Yang di ajak bicara hanya diam menunduk sambil menatap sebuah bak sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri sembari teringat dengan anaknya yang kabur waktu itu dan sekarang tak tahu rimbanya. “Yuk, Sus. Kita pindah aja kesana.” Kata seseorang yang sedari tadi di sampingnya sambil menarik tangannya. Terdengar suara tawa memecah sepinya jalan setelah mereka berlalu.
Terdengar deru mobil dari kejauhan. Bagai alarm, semua orang disitu segera berkerumun dan mengahampiri
mobil itu, seolah siap menghadang menerkam. Dan seperti biasanya, mau tak mau si pengendarapun melambatkan laju mobilnya. Mereka, orang-orang pinggir jalan itu mulai melancarkan aksinya sembari mengetuk-ngetuk pintu mobil pintu APV itu. si pengendara tak bergeming dan terus melajukan mobilnya. “Ayo, Sus. Sekarang giliran kita.” Kata teman orang yang dipanggil “Sus” itu ketika mobil APV itu akan melewati mereka. Mereka mulai maju, turun ke jalanan. Belum sempat mereka melancarkan aksinya, aneh bin ajaib, APV itu menghampiri mereka. Si pengemudi menepikan mobilnya dan membuka kaca APV-nya. Terlihat di dalam mobil itu seorang pria muda yang mirip dengan seseorang yang tengah terkejut melihatnya. “Bapak!” panggilnya pada seseorang di tepi jalan sambil terperangah. “Reza!” panggil “Sus” tak kalah kaget sambil menangis dan melepas rambut palsunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar