ku lihat lelaki tua itu dari seberang jalan. sebelumnya ada seorang laki-laki dan anaknya yang mengantarnya, kemudian meninggalkannya dengan dua tas besar di sisinya. ku pikir, apakah dia bapaknya? kalau iya, kenapa dia ditinggalkan? seolah sedang menunggu angkutan untuk pulang, lelaki tua itu masih berdiri di samping barang bawaannya. dia sapu pandangan mencari kendaraan sambil sesekali bergeser posisi berdirinya. sampai kemudian pandanganku beralih, dan ketika ku lihat lagi dia sudah tak di sana.
apa salahnya menjadi seorang bapak?
apa karena beliau tak melahirkan dan jarang di rumah sehingga kau berasumsi dengan pikiranmu?
apa karena dia mengajarimu bertahan hidup dengan caranya yang kau anggap kaku?
apa karena tak kau lihat sosok teladan darinya?
bapak,
apa salahmu sehingga anakmu begitu?
apa kau salah menanamkan pola pikir pada anakmu?
apa kau salah mengajari cara untuk bertahan hidup?
apa kau tak pantas jadi sosok teladan?
tak kau ajarikah dia dengan agama Allah?
anak,
seperti apapun bapakmu, dia tetap bapakmu, wali nisabmu, yang ditakdirkan Allah menjadi BAPAKmu
dia tetap lelaki yang dicintai wanita yang kau cintai, ibumu
dia lelaki yang tak ingin kau menjadi orang yang tak diinginkannya
dialah orang pertama yang kan menentang keras ketika kau menunjukkan gejala menjadi orang yang tak baik
tak ada yang salah jika semua mau mengalah, bukan pasrah jika tanpa usaha. kita sebagai anak sudah selayaknya menghormati orangtua. boleh dengan cara kita, malah bagus itu. karena tak semua bapak sama. tak semua ibu sama. tak semua anak sama. Allah telah menakdirkan bapak dan ibu kita sebagai wali kita di dunia, yang merupakan anugerah, ujian dan cobaan agar kita bersama mereka mampu hidup dan saling menghidupi. agar di akhirat kelak kita bisa berkumpul bersama lagi. amin ya rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar