" Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan bumi. ..." (Q.S. Yunus : 101)

Laman

Kamis, 27 September 2012

TEORI LOKASI INDUSTRI ALFRED WEBER DAN AUGUST LOSCH (Pertemuan IV)

TUGAS MATA KULIAH
LOKASI DAN POLA RUANG (TKP149P)
(PENJELASAN PRESENTASI APLIKASI TEORI WEBER PADA INDUSTRI KONVEKSI PEMBUATAN CELANA JEANS DI DESA KARANGSARI KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, M.T.

TEORI LOKASI INDUSTRI ALFRED WEBER DAN AUGUST LOSCH
(Pertemuan IV)


Tiara Kartika Cendanisari
NIM 21040111060032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012



Lokasi Industri
Studi lokasi adalah industri konveksi di Desa Karangsari Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah sebagai petani dan buruh pekerja di industri konveksi, karena lebih dari 50% wilayahnya masih berupa pertanian dan pada permukimannya terdapat lebih dari 10 usaha konveksi rumahan yang tersebar di wilayah desa ini. Industri konveksi adalah industri rumahan yang bergerak dalam bidang penjahitan celana Jeans dengan tenaga kerja tiap konveksi berkisar 20 - 50 orang, serta terdapat lokasi produksi rumahan yang lain sebagai anak cabangnya yang menampung sampai 10 orang. Daerah pemasaran pada industri ini adalah mencakup wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Sedangkan untuk bahan mentahnya didapat dari wilayah Jawa Timur.

Asumsi Alasan Pemilihan Lokasi Industri
Tidak seperti jenis industri lain yang berlokasi dekat dengan pasar ataupun bahan mentah, lokasi industri konveksi ini jauh dari lokasi pasar dan bahan mentah. Namun, terdapat asumsi alasan pemilihan lokasi industri pada wilayah ini, yaitu :
1. Dekat dengan tenaga kerja
Industri yang berlokasi di permukiman menguntungkan karena adanya tenaga kerja yang berlimpah. Sehingga tenaga kerja mudah didapat dan upah yang diberikan sama rata antar industri pada tenaga kerjanya.
2. Berada pada lokasi produksi yang homogen
Adanya lokasi konveksi yang berdekatan satu sama lain membawa keuntungan dari ketersediaan barang bahan mentah. Hal tersebut juga memungkinkan adanya kemudahan izin dalam pendirian industri baru karena telah terkonsen pada suatu wilayah dan adanya kerjasama antar industri konveksi dalam proses pemasaran ataupun produksi.
3. Susah mendapat lahan untuk lokasi produksi di wilayah baru
Lokasi pasar yang berada di Jawa Barat dan Jakarta serta lokasi asal bahan mentah di Jawa Timur memungkinkan adanya kesulitan pencarian lahan untuk lokasi produksi baru, karena adanya keterbatasan lahan.
4. Sudah mendapat pasar/pelanggan yang pasti
Sekalipun lokasi pasar yang jauh, namun pendirian industri tidak direlokasi menuju lokasi yang dekat dengan pasar. Dimungkinkan alasannya adalah karena sudah terdapat pasar/pelanggan yang pasti menerima hasil produksi ini.
5. Usaha turun temurun
Salah satu alasan pemilihan lokasi di sini adalah karena usaha konveksi ini merupakan usaha turun temurun. Jika seseorang mempunyai konveksi dan dia juga mempunyai lima orang anak, maka biasanya anak-anaknya ini juga membuka industri konveksi yang lokasinya tak jauh dari lokasi industri anggota keluarganya yang lain

Relevansi Terhadap Teori Weber
Dapat disimpulkan bahwa lokasi industri yang dipilih adalah sesuai dengan salah satu segitiga lokasional Weber yang menyatakan bahwa lokasi pasar dan bahan mentah jauh dari lokasi produksi, serta lokasi produksi terletak di tengah antara keduanya. Di industri konveksi ini diasumsikan lokasi bahan mentah dan lokasi pasar terhadap lokasi produksi mempunyai jarak yang sama, maka biaya transportasinya pun sama. Sehingga lokasi di tengah di antara keduanyalah (di tengah segitiga pada gambar teori weber pertama) yang dipilih sebagai lokasi industri.

Gambar 1. Segitiga Lokasional Weber


Referensi
Daldjoeni, N. 1996. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar