“Horee, aku bia terbang.” sorak Kiki, si kupu-kupu kecil sambil terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. “Aku sudah bisa terbang, Bu.” katanya begitu melihat ibunya keluar dari rumahnya. “Jangan terbang terlalu tinggi, Nak. Nanti kau bisa jatuh.” kata ibu Kiki. “Tidak, Bu. Aku sudah bisa terbang kok. Nih, lihat.” kata Kiki sambil terbang mendekati ibunya kemudian terbang meliuk-liuk dekat rumah mereka. “Hati-hati, Nak.” kata ibu Kiki. Tapi, Kiki tak mendengarkannya. Dia terus terbang semakin tinggi. Dia berpikir ini adalah hari bahagianya. Hari ketika dia bisa terbang tinggi seperti teman-temannya. “Kiki, awas!” ibu Kiki menjerit histeris begitu melihat anaknya jatuh menabrak ranting yang patah. Ibu Kiki pun menuju ke tempat Kiki jatuh. “Kau tidak apa-apa, Nak?” tanya ibu Kiki. “Kiki tidak apa-apa, Bu.” kata Kiki sambil berdiri. Tapi, sayap Kiki sobek. Kiki pun menangis melihatnya. “Huhu, sayap Kiki sobek, Bu. Kiki tidak bisa terbang lagi.” tangisnya sambil mengelus sayapnya yang sobek. “Tenanglah, Nak. Ayo kita pulang. Nanti Ibu obati.” kata ibu Kiki sambil menggendong Kiki terbang ke rumah mereka. Sesampainya di rumah,
ibu Kiki mengobati sayap Kiki yang sobek. “Apa sayap Kiki bisa sehat seperti semula, Bu?” tanyanya. “Tentu bisa, Nak. Asal kamu tidak banyak bergerak dulu dan beristirahat di rumah.” kata ibu Kiki sambil mengelus kepala Kiki. “Berarti Kiki tidak bisa terbang seperti teman-teman dong, Bu.” kata Kiki sedih. “Iya, tapi kan itu cuman sebentar.” kata ibu Kiki. “Maafin Kiki ya, Bu. Kalau saja tadi Kiki ikuti apa kata Ibu, pasti sayap Kiki tidak sobek.” kata Kiki menyesal. Ibu Kiki tersenyum sambil mengelus kepala Kiki. Kiki pun ikut tersenyum. Beberapa hari kemudian, sayap Kiki telah kembali seperti semula. Dia pun segera mencari ibunya. “Ibu, Ibu. Sayapku sudah sembuh, Bu.” kata Kiki sambil menunjukkan sayapnya yang telah sembuh. “Kamu mau terbang lagi, Nak?” tanya ibu Kiki. “I, iya, Bu. Bolehkan?” tanya Kiki ragu. Ibu Kiki mengangguk. “Horee.” sorak Kiki. “Terimakasih, Ibu.” katanya sambil memeluk ibunya. “Tapi, terbangnya jangan terlalu tinggi ya.” kata Ibu Kiki. Kiki pun mengangguk-angguk semangat. “Dan, jangan menangis lagi kalau kamu jatuh.” kata ibu Kiki lagi. “Baiklah, Ibu.” kata Kiki. Kiki pun terbang menuju teman-temannya yang telah menunggu di depan rumahnya. Kiki sangat gembira, kini dia bisa terbang lagi. Dia berjanji dalam hati akan menuruti apa kata ibunya.
ibu Kiki mengobati sayap Kiki yang sobek. “Apa sayap Kiki bisa sehat seperti semula, Bu?” tanyanya. “Tentu bisa, Nak. Asal kamu tidak banyak bergerak dulu dan beristirahat di rumah.” kata ibu Kiki sambil mengelus kepala Kiki. “Berarti Kiki tidak bisa terbang seperti teman-teman dong, Bu.” kata Kiki sedih. “Iya, tapi kan itu cuman sebentar.” kata ibu Kiki. “Maafin Kiki ya, Bu. Kalau saja tadi Kiki ikuti apa kata Ibu, pasti sayap Kiki tidak sobek.” kata Kiki menyesal. Ibu Kiki tersenyum sambil mengelus kepala Kiki. Kiki pun ikut tersenyum. Beberapa hari kemudian, sayap Kiki telah kembali seperti semula. Dia pun segera mencari ibunya. “Ibu, Ibu. Sayapku sudah sembuh, Bu.” kata Kiki sambil menunjukkan sayapnya yang telah sembuh. “Kamu mau terbang lagi, Nak?” tanya ibu Kiki. “I, iya, Bu. Bolehkan?” tanya Kiki ragu. Ibu Kiki mengangguk. “Horee.” sorak Kiki. “Terimakasih, Ibu.” katanya sambil memeluk ibunya. “Tapi, terbangnya jangan terlalu tinggi ya.” kata Ibu Kiki. Kiki pun mengangguk-angguk semangat. “Dan, jangan menangis lagi kalau kamu jatuh.” kata ibu Kiki lagi. “Baiklah, Ibu.” kata Kiki. Kiki pun terbang menuju teman-temannya yang telah menunggu di depan rumahnya. Kiki sangat gembira, kini dia bisa terbang lagi. Dia berjanji dalam hati akan menuruti apa kata ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar